Minggu, 29 Maret 2015

Di sebuah daerah tepatnya dusun..... tinggal seorang pemuda bersama kedua orangtuanya. Keluarga tersebut bisa dibilang kurang mampu. Orang tuanya hanya bekerja sebagai petani diladang milik tetangganya.walaupun ia hidup ditengah-tengah kemiskinan, tapi semangat belajarnya sangat besar. Terbukti, sekarang ia telah duduk dikelas 3 MTs. Ya, walaupun selama sekolah ia tak bisa dibilang sebagai siswa yang berprestasi, tapi semangat belajarnya tak pernah surut. Selain itu, ia juga termasuk remaja yang ahli ibadah dan pekerja keras. Suatu hari dikala ia sedang berkumpul dengan keluarganya untuk makan malam bersama, ia mengatakan keinginan hatinya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SLTA. Spontan ayahnya pun terkejut mendengar keinginan anaknya itu.selain masalah biaya, sebenanrnya ia ingin anaknya itu membantunya untuk bekerja. Hasan, panggilan akrab pemuda itu menolak keinginan ayahnya. Ia berkata “ kalau Hasan tidak melanjutkan sekolah dan hanya bekerja sebagai petani, kapan derajat keluarga kita bisa naik pak?” “ Sudahlah nak, kau itukan tahu sendiri ekonomi keluraga kita. Bisa makan saja sangat bersyukur.” “ Kan Hasan bisa masuk pesantren “ “ Untuk menyekolahkan kamu saja bapak tidak mampu, apalagi dipesantren. Kamu tau sendirikan biaya untuk masuk pesantren. Itu tidak murah nak, belum lagi untuk bayar tiap bulan dan sakumu “ “ Kata siapa biaya pesantren itu mahal? Ayah kenal Burhan kan, ituloh anaknya Pak Sholeh.” “ Iya, emang kenapa?” “ Katanya biaya dipesantren tak selamanya mahal. Masih ada kesempatan untuk orang seperti kita pak. Kata Burhan, kalau Hasan mau jadi pembantu kyai disana, Hasan bisa sekolah dan mondok dengan gratis” “ Tapi kamu sudah siap menggung kerjaan-kerjaan berat?” “ Sudah pak, Hasan siap “ “ Ya sudahlah, kalau itu mau kamu. Nanti bapak pikir-pikir dulu “ Singkat cerita, orang tuanyapun memperbolehkan Hasan untuk nyantri. Ia nyantri di salah satu Pondok Pesantren di daerah Bumi Ayu, Jawa Tengah. Al-hikmah namanya. Dan pengasuhnya bernama Kyai Masruri Abdul Mughni. Salah satu orang yang terpandang di kalangan pesantren.

Rabu, 18 Maret 2015

Silahkan anda buat terlebih dahulu cerpen dan puisi anda pada file Microsoft word. Jangan lupa sertakan identitas anda berupa nama dan alamat lengkap serta nomor yang bisa dihubungi pada bagian bawah cerpen atau puisi anda. Setelah selesai, simpan file tersebut kemudian kirimkan file tersebut pada email berikut : opini@kompas.com dan opini@kompas.co.id Pada subject email, silahkan anda tulis “Artikel Cerpen” atau “Artikel Puisi” dan bada badan email bisa anda sertakan identitas anda.